Posts

Estetika Ketidaksempurnaan yang Diperhitungkan

Image
img src /Wednesday Dalam lanskap industri yang kerap menuntut ketegasan identitas, siapa kamu, mau jadi apa, dan bagaimana kamu terlihat. hadir sosok Emma Myers, aktris muda yang justru mengukuhkan kehadirannya melalui ambiguitas. Ia bukan bintang yang mendesak sorotan. Ia adalah diam yang tetap hadir. Dan justru karena itu, kehadirannya sulit untuk diabaikan. Emma Myers bukanlah wajah yang dibentuk oleh sistem industri sejak kecil. Ia tidak datang dari jalur aktris cilik yang tumbuh di hadapan kamera. Karier awalnya dipenuhi peran minor, penampilan singkat, dan proyek-proyek ringan. Tapi titik baliknya datang lewat serial Wednesday (2022), di mana ia memerankan Enid Sinclair, karakter yang secara kontras menyinari dunia gothic milik Wednesday Addams. Namun Emma tidak menjadikan Enid sebagai sekadar “warna pelengkap” dalam kisah yang gelap. Ia menghidupkan Enid dengan emosi yang kompleks: ceria, namun rentan; ramah, namun cemas; terbuka, namun menyimpan luka. Performa seperti ini ti...

Parasite, Bukan Soal Menumpang Tapi Soal Bertahan Hidup

Image
img src /The New Yorker Kadang, film tidak hanya bercerita. Ia menyerang. Memeluk kita dengan tenang, lalu menusuk saat kita lengah. Parasite bukan horor. Tapi ia membuat kita gelisah seperti sedang disaksikan oleh sesuatu yang tak terlihat. Ia bukan thriller. Tapi tensinya terus merangkak, menetes, menyesap ke dalam ubun-ubun, lalu meruntuhkan segalanya dalam satu hujan malam yang tidak pernah berhenti. Satu tinggal di rumah mewah dengan dinding kaca, taman bersih, dan cahaya matahari. Yang satu lagi… hidup di semi-basement. Dengan jendela kecil tempat mabuknya laki-laki buang air kecil jadi hiburan sore. Dan di antara keduanya, ada aroma. Harfiah. Bau “orang miskin”, kata anak kecil itu. Tapi yang lebih busuk bukan aroma tubuh. Melainkan sistem yang membuat orang harus mencuri tempat hanya untuk bisa bernapas. Bong Joon-ho tidak hanya menyutradarai film ini. Dia membedah dunia lewat lensa kamera. Dia menyusun lapisan sosial seperti kotak-kotak Bento yang terlihat rapi di permuk...

Kebebasan yang Tidak Pernah Bisa Dipenjara

Image
img src /The Guardian   "Hope is a dangerous thing. Hope can drive a man insane." Dan mungkin… itulah kenapa penjara menjadi tempat yang sangat cocok untuk cerita ini. Shawshank bukan sekadar bangunan batu dan jeruji besi. Ia adalah metafora dari dunia kita. Dunia yang menghukum lebih keras daripada membimbing. Yang memenjarakan bukan hanya tubuh, tapi juga pikiran, waktu, dan harapan itu sendiri. Tapi di sinilah Andy Dufresne hidup. Atau lebih tepatnya: bertahan. Sutradaranya Frank Darabont . Bukan nama besar di tahun 1994. Tapi ia bukan cuma menyutradarai. Ia merakit emosi. Ia tidak membuat drama penjara. Ia menciptakan puisi tentang kesendirian, waktu, dan harapan. Skripnya diadaptasi dari cerita pendek Stephen King, “Rita Hayworth and Shawshank Redemption.” Tapi ajaibnya, ini bukan kisah horor. Ini bukan soal monster di lemari atau iblis dari dunia lain. Ini tentang monster yang tinggal di dalam sistem. Dan iblis yang pelan-pelan membunuh harapan. Film ini sempat gaga...

Komedi Gelap dalam Jas Hukum dan Trauma

Image
img src/ Variety   “You don’t save me. I save me.” Ada rasa pahit yang tertinggal di tenggorokan setelah menamatkan Better Call Saul . Ini bukan sekadar prekuel Breaking Bad . Ini adalah tragedi panjang tentang harga diri, kesepian, dan transformasi—yang dibungkus dalam guyonan, setelan jas murah, dan kantor di belakang salon kuku. Orang mengenalnya sebagai Saul Goodman. Tapi serial ini memaksa kita memanggilnya dengan nama aslinya—Jimmy McGill. Dan nama itu membawa beban. Bukan cuma karena dunia di sekelilingnya menuntut dia menjadi sesuatu yang “lebih baik”, tapi karena dia sendiri tidak pernah benar-benar tahu siapa dirinya. Jimmy bukan Walter White. Dia tidak punya ego sebesar gurun di Albuquerque. Dia hanya ingin diakui. Dianggap. Dicintai. Dan mungkin… dimengerti? Dunia Better Call Saul bukan tempat yang penuh ledakan atau cartel war setiap episode. Ia tenang. Ia lambat. Tapi justru dari kelambatan itulah muncul ketegangan dan penderitaan yang lebih mengiris. Setiap shot ...

Apakah Kamu Benar-benar Bangun? Mr. Robot dan Dunia yang Terasa Seperti Mimpi Buruk

Image
  img src /curbed NY “Sometimes I dream of saving the world. Saving everyone from the invisible hand… But I can’t even save myself.” — Elliot Alderson Di dunia di mana semua orang sibuk menjadi versi online dari dirinya sendiri, Mr. Robot hadir sebagai peringatan sunyi: apa yang terjadi kalau kamu tidak tahu siapa kamu sebenarnya? Serial ini tak sekadar mengangkat tema peretasan atau distopia digital, tapi menelanjangi satu hal yang paling menakutkan—ketika realitas yang kamu jalani bukan lagi milikmu. Elliot tidak tahu apakah ia bangun atau masih bermimpi. Tidak tahu apakah yang ia hadapi benar-benar terjadi atau hanya simulasi dari pikirannya sendiri. Bagi orang lain, ini mungkin delusi. Tapi bagi Elliot, ini kenyataan. Dan itulah inti dari disosiasi—rasa asing terhadap diri sendiri dan dunia di sekitar. Mr. Robot tidak menyederhanakan gejala disosiatif. Serial ini merangkai mereka perlahan, penuh keraguan, dan tidak pernah memberimu jawaban mutlak. Sama seperti hidup. Sala...

Hollywood? Ini Aksi Jepang yang Lebih Membumi dan Menegangkan

Image
img src /Kaiju United Bullet Train Explosion, film yang disutradarai oleh Shinji Higuchi menghadirkan kembali film klasik Jepang tahun 1975, dengan sentuhan modern dan ketegangan ala abad ke-21. Film aksi yang penuh ketegangan ini dirilis di Netflix pada tahun 2025 menawarkan perspektif khas jepang tentang krisis, kerja sama, dan tanggung jawab sipil, seraya menyajikan kisah mendebarkan yang membuat penonton terpukau hingga akhir perjalanan. Premisnya terdengar sederhana, sebuah kereta Shinkansen tujuan Tokyo yang dipasangi bom yang akan meledak jika kecepatannya turun di bawah 100 km/jam. Sekilas, mungkin premis ini mengingatkan kita pada beberapa film yang bertemakan terorisme, namun Bullet Train Explosion memilih pendekatan yang lebih membumi. Tanpa bantuan pahlawan super, kita akan menyaksikan upaya kolektif, rasa tanggung jawab publik, dan keberanian para tenaga profesional yang tetap menjalankan tugasnya di tekanan yang sangat mencekam. Takaichi, yang diperankan dengan cemerlang ...

Chloë Grace Moretz: Versatility is Power

Image
  img src /WallpaperAbyss Lahir pada 10 Februari 1997 di Atlanta, Georgia, Chloe Grace Moretz bukanlah sekadar aktris biasa. Sejak kecil, ia sudah memikat hati penonton melalui peran-peran yang menantang dan penuh emosi, di usia yang masih sangat muda, ia berhasil menancapkan namanya di industri film dengan keberanian dan kedewasaan yang jarang dimiliki oleh remaja seusianya. img src/InpiredPencil Chloe tumbuh di tengah keluarga yang besar bersama lima saudara kandungnya, Trevor, Brandon, Colin, Ethan, dan Kathleen. Kedua orang tuanya, menyadari bakat sang putri sejak dini dan mendukung penuh impiannya, tak butuh waktu lama, Chloe kecil mulai menapaki dunia akting dan mencuri perhatian lewat penampilannya yang begitu totalitas. Sukses membintangi film The Amityville Horror (2005) namanya mulai diperhitungkan, lalu gebrakan besarnya datang melalui karakter Hit-Girl yang ia perankan pada film Kick-Ass hingga namanya melekat di benak penonton dan memperlihatkan keberaniannya mengambil...